Pendahuluan
Republik Indonesia sampai
dengan saat ini telah merdeka selama 64 tahun. Dalam alinea keempat Pembukaan
UUD 1945 disebutkan bahwa negara bertujuan adalah untuk melindungi segenap
bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan melaksanakan ketertiban dunia. Banyak yang telah dilakukan oleh pemerintah
Indonesia selama masa kemerdekaan untuk mencapai tujuan tersebut, antara lain
melakukan pembangunan yang diupayakan untuk meningkatkan kesejahteraan warga
negara.
Urusan kesejahteraan
memang merupakan urusan yang tidak mudah untuk diselesaikan dalam waktu
singkat. Banyak faktor yang harus diperhatikan untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat. Bahkan urusan kesejahteraan telah menjadi bahan pembicaraan di
dunia internasional. Hal ini karena masyarakat di negara berkembang dianggap
belum memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa,
sebaliknya dengan negara-negara maju. Kemudian isu ini berkembang menjadi
tujuan yang diupayakan untuk dpat dicapai pada tahun 2015 sebagai tantangan
utama dalam pembangunan di seluruh dunia, tujuan itu terdiri atas delapan
tujuan yang disebut dengan MDG’s atau Millenium
Development Goals.
Pembahasan
Millenium Development Goals
Millenium Development Goals
Pada September
2000, Pemerintah Indonesia dan 188 Negara lainnya menandatangani Deklarasi Millenium
Persatuan Bangsa Bangsa
atau Millenium Development Goals(MDGs).
MDGs sendiri bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan, memperbaiki kualitas
kesehatan dan pendidikan, meningkatkan perdamaian dan hak asasi manusia,
kesetaraan gender dan kesinambungan lingkungan hidup. MDGs tersebut meletakkan
secara spesifik
target terukur yang harus dicapai oleh masyarakat global di tahun 2015 (Modul pelatihan PNPM Mandiri 2009).
MDGs sendiri memiliki
delapan tujuan yang masing-masing tujuan telah dibuat target tersendiri. Ke_delapan
tujuan tersebut adalah:
1.
Menanggulangi
Kemisikinan dan Kelaparan
a.
Target 1: Menurunkan
proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah USD 1/hari menjadi
setengahnya antara 1990-2015
b. Target 2: Menurunkan
proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya antara tahun
1990-2015
2.
Mencapai
pendidikan dasar untuk semua
Target 3: Menjamin
bahwa sampai dengan tahun 2015, semua anak, di manapun, laki-laki dan
perempuan, dapat menyelesaikan sekolah dasar (primary schooling)
3.
Mendorong
kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
Target 4:
Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada
tahun 2005 dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015
4.
Menurunkan
angka kematian anak
Target 5:
Menurunkan angka kematian balita
sebesar dua pertiganya, antara tahun 1990 dan 2015
5.
Meningkatkan
kesehatan ibu
Target 6:
Menurunkan angka kematian ibu antara tahun 1990-2015 sebesar tiga perempatnya
6.
Memerangi
HIV/AIDS, Malaria dan penyakit menular lainnya
a. Target 7: Mengendalikan
penyebaran HIV/AIDS dan mulai menurunnya jumlah kasus baru pada tahun 2015
b.
Target 8 : Mengendalikan
penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah kasus malaria dan penyakit lainnya
pada tahun 2015
7.
Memastikan
kelestarian lingkungan hidup
a. Target 9: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumber
daya lingkungan yang hilang
b. Target 10: Penurunan sebesar
separuh,
proposisi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan
berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada 2015
c. Tahap 11: Mencapai
perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di pemukiman kumuh pada
tahun 2020
8.
Membangun
kemitraan global untuk pembangunan
Kemitraan
dan kerjasama regional untuk pencapaian MGD antara lain di
bidang perdagangan, investasi, pengembangan kapasitas, dukungan teknologi,
pembangunan infrastruktur seperti transportasi, ICT dan environmental sustainability.
Target untuk tujuan ini antara lain adalah:
a.
Mengembangkan lebih jauh lagi perdagangan terbuka dan sistem
keuangan yang berdasarkan aturan, dapat diterka dan tidak ada diskriminasi.
Termasuk komitmen terhadap pemerintahan yang baik, pembangungan dan pengurangan
tingkat kemiskinan secara nasional dan internasional. Membantu kebutuhan-kebutuhan
khusus negara-negara kurang berkembang, dan kebutuhan khusus dari negara-negara
terpencil dan kepulauan-kepulauan kecil. Ini termasuk pembebasan-tarif dan kuota
untuk ekspor mereka, meningkatkan pembebasan hutang untuk negara miskin yang
berhutang besar, pembatalan hutang bilateral resmi, dan menambah bantuan
pembangunan resmi untuk negara yang berkomitmen untuk mengurangi kemiskinan.
b.
Secara komprehensif mengusahakan persetujuan mengenai masalah
utang negara-negara berkembang.
c.
Menghadapi secara komprehensif dengan negara berkembang mengenai masalah
hutang melalui pertimbangan nasional dan internasional untuk membuat hutang
lebih dapat ditanggung dalam jangka panjang.
d.
Mengembangkan usaha produktif yang layak dijalankan untuk kaum
muda
e.
Dalam kerja sama dengan pihak pharmaceutical,
menyediakan akses obat penting yang terjangkau dalam negara berkembang
f.
Dalam kerjasama dengan pihak swasta, membangun adanya penyerapan
keuntungan dari teknologi-teknologi baru, terutama teknologi informasi dan
komunikasi.
MDGs
di Indonesia
Sebagai salah satu negara
yang ikut menandatangi kesepakatan tentang MDGs maka Indonesia pun diwajibkan
mencapai tujuan yang telah dicanangkan tersebut. Dan setiap tahun Bappenas
membuat laporan atas pelaksanaan MDGs di Indonesia.
Menanggulangi
Kemisikinan dan Kelaparan
Tujuan pertama ini
merupakan tujuan yang penting. Pada bulan Juli 2009, BPS mengumumkan bahwa
penduduk miskin di Indonesia sampai dengan Maret 2009 berjumlah sekitar 32,53
juta jiwa (14,5% dari total populasi Indonesia). Sementara pada Maret 2008
disebutkan jumlah penduduk miskin sebesar 34,96 juta jiwa atau sebesar 15,42%
dari total populasi Indonesia (laporan BPS Juli 2009). Jumlah penduduk miskin
ini masih bisa diperdebatkan karena tidak seragamnya kriteria untuk mengukur
kemisikinan yang dipergunakan oleh banyak peneliti. Banyak yang menyangsikan
angka yang dikeluarkan oleh BPS ini dan menyebutkan bahwa sebenarnya angka
kemiskinan di Indonesia jauh lebih besar dari angka tersebut.
Perdebatan tentang
kemiskinan dengan MDGs pun masih banyak dilakukan karena ukuran kemiskinan
dilakukan dengan menggunakan satuan mata uang dollar, di mana kurs mata uang
dalam negeri kita selalu berfluktuasi terhadap nilai dollar. Tentu saja hal ini
menimbulkan pengukuran yang tidak sederhana dari waktu ke waktu. Penggunaan
indikator mata uang dollar memang sering menimbulkan masalah. Terdapat
indikator lain yang dapat memberikan informasi pelengkap yaitu rasio
kesenjangan kemiskinan (poverty ratio gap)
yang mengukur perbedaan antara penghasilan rata-rata penduduk miskin dengan
garis kemiskinan.
Dalam mencapai target
kedua yaitu menurunkan proporsi penduduk yang menderita kepalaran menjadi
setengahnya sampai tahun 2015, dapat dilihat dari prevalensi anak usia di bawah
lima tahun (balita) dengan berat badan kurang. Dalam laporan MDGs oleh Bappenas
tahun 2007, disebutkan bahwa angka ini ada pada 28% dan cenderung naik,
sehingga target ini kemungkinan tidak dapat dicapai dalam waktu dekat.
Indikator lain adalah proporsi penduduk yang mengkonsumsi kebutuhan minimumnya
perhari. Penulis belum banyak mendapatkan data untuk menjelaskan perhitungan
yang satu ini.
Mewujudkan
pendidikan dasar untuk semua
Tujuan kedua MDGs ini
adalah memastikan bahwa semua anak Indonesia menerima pendidikan dasar. Walaupun berdasarkan data secara nasional
target ini hampir tercapai, akan tetapi ternyata data ini berbeda dan terjadi
ketimpangan antara daerah satu dengan daerah lain. Pada saat ini terdapat 9%
anak harus mengulang di kelas satu sekolah dasar. Sementara pada setiap jenjang
kelas, sekitar 5% putus sekolah. Akibantnya sekitar 25% anak Indonesia tidak
lulus dari sekolah dasar (laporan MDGs Bappenas 2007).
Target pemerintah
Indonesia yang mewajibkan pendidikan dasar 9 tahun juga sulit terwujud karena
hanya 67% lulusan sekolah dasar yang mendaftar di sekolah lanjutan pertama. Ini
belum terhitung yang putus sekolah pada jenjang ini. Sedangkan angka melek
huruf yang dirilis oleh Bappenas adalah sebesar 99,4% dan angka ini mungkin
tidak setinggi ini karena metode yang dilakukan sangat sederhana sehingga tidak
memotret keadaan yang sebenarnya.
Mendorong
kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
Dalam banyak hal perempuan
Indonesia telah mencapai kemajuan pesat, walau masih jauh dari kesetaraan
gender. Target dari tujuan ini adalah menghilangkan ketimpangan gender di
tingkat pendidikan dasar dan lanjutan, lebih baik pada 2005 dan di semua
jenjang pendidikan paling lambat pada tahun 2015. Hal ini sangat wajar karena
jumlah penduduk perempuan saat ini lebih besar daripada jumlah penduduk
laki-laki sehingga pemberdayaan perempuan merupakan sesuatu yang penting dan
mutlak dilakukan demi kemajuan bangsa.
Yang menjadi indikator
utama adalah rasio anak perempuan terhadap anak laki-laki di pendidikan dasar,
lanjutan dan tinggi.pada tahun 2007, rasio di pendidikan dasar sebesar 99,4%
sedangkan di pendidikan lanjutan pertama dan lanjutan atas adalah 99,9% dan
100,0% dan untuk pendidikan tinggi sebesar 102,5%. Indikator kedua adalah rasio
melek huruf perempuan terhadap laki-laki pada usia 15-24 tahun yang mencapai
99,9%. Indikator ketiga adalah sumbangan perempuan dalam kerja berupah di sektor
non pertanian yang di Indonesia sangat rendah yaitu hanya 33%. Dan indikator
keempat adalah proporsi perempuan dalam parlemen yang kenyataannya proporsinya
hanya 11,3% (laporan MDGs Bappenas tahun 2007).
Menurunkan
angka kematian anak
Usia harapan hidup manusia
Indonesia memang makin lama makin meningkat, akan tetapi hal ini tidak
dibarengi dengan rendahnya angka kematian anak. Pada 2005 proporsi anak yang
meninggal baik ketika bayi atau sebelum mencapai usia lima tahun mencapai 40
per 1000 kelahiran hidup. Angka ini disebabkan kurangnya layanan kesehatan yang
diterima baik oleh ibu maupun anak.
Anak yang menerima
imunisasi difteri, batuk rejan dan tipus hanya sekitar 85% dan yang menerima
imunisasi lengkap hanya sekitar setengah dari angka tersebut. Untuk imunisasi
campak pada tahun 2006 mencapai 71,6% untuk bayi dan 82% untuk anak di bawah 23
bulan. Angka ini meningkat dari tahun ke tahun, akan tetapi harus terus
ditingkatkan karena seriusnya penyakit campak ini terhadap kesehatan secara
keseluruhan.
Meningkatkan
kesehatan ibu
Setiap tahun sekitar
18.000 perempuan di Indonesia meninggal akibat komplikasi dalam persalinan.
Melahirkan seharusnya menjadi peristiwa yang membahagiakan tetapi seringkali
berubah menjadi tragedi. Dan sebenarnya hal tersebut dapat dicegah dengan
memberikan akses dan layanan kesehatan yang baik kepada ibu. Akses dan layanan
tersebut diberikan oleh tenaga kesehatan yang terlatih. Akan tetapi masih
banyak perempuan Indonesia yang melakukan persalinan ditolong oleh tenaga tradisional.
Masalah biaya merupakan masalah klasik yang menjadi persoalan utama mengapa mereka
tidak mencari tenaga terlatih. Tentunya hal ini merupakan pekerjaan bagi
seluruh jajaran dinas kesehatan di Indonesia untuk memberikan penyuluhan
tentang perlunya datang ke tenaga kesehatan yang terlatih dan memberikan akses
informasi kepada keluarga tentang hal tersebut.
Tujuan ini mempunyai
target yaitu menurunkan angka kematian ibu sebesar 75%. Melihat kecenderungan
angka kematian ibu setiap tahun, agaknya target tersebut terlalu ambisius.
Sedangkan indikator persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
kiranya dapat dicapai karena hingga saat ini angkanya sebesar 72,4%.
Memerangi
HIV/AIDS, Malaria serta penyakit menular lainnya
Penyakit menular merupakan
ancaman serius bagi kelangsungan hidup manusia sehingga penularannya harus
dicegah melalui cara-cara yang sistematis. Dalam urutan pertama penyakit
menular berbahaya saat ini adalah HIV/AIDS yang penularannya dibarengi dengan
merebaknya penggunaan narkoba di kalangan anak muda. Tentunya hal ini harus
menjadi perhatian tersendiri bagi kita semua karena hingga kini penyakit ini
belum diketahui obatnya. Sampai tahun 2007, prevalensi penyebaran penyakit ini
sebesar 0,1% di tingkat nasional, namun tidak ada indikasi bahwa kita telah
menghentikan laju penyebaran penyakit ini. Bahkan di beberapa daerah, balita
pun telah tertular penyakit mematikan ini yang menandakan bahwa pemerintah
belum serius melihat permasalahan ini.
Untuk penyakit malaria,
memang saat ini kita sudah tidak banyak mendengar kejadian penularannya, ini
berbanding terbalik dengan penyakit demam berdarah yang menjadi momok bagi
sebagian besar penduduk Indonesia. Demikian juga dengan penyakit TBC yang
tingkat kejadiannya samapi tahun 2007 mencapai 582.000 kasus per tahunnya.
Memastikan
kelestarian lingkungan
Banyak kerusakan alam yang
dihasilkan selama proses pembangunan yang telah kita lakukan selama ini. Tujuan
ketujuh MDGs adalah untuk mencega hal tersebut. Ini penting bagi negara kita
karena Indonesia memiliki jumlah hutan yang cukup besar. Namun tidak untuk
jangka panjang, selama periode 1997 hingga 2000, Indonesia kehilangan 3,5 juta
hektar hutan setiap tahun.
Kerusakan alam menimbulkan
banyak bencana alam, seperi banjir dan longsor. Saat ini kita sering melihat
bencana tersebut datang menghampiri kita sehingga kita harus memperhatikan
lingkungan dalam proses pembangunan kita. Indonesia mamang banyak mendapat
tekanan untuk melestarikan hutannya dan bagi beberapa orang hal tersebut
bukanlah cara yang adil bagi negara berkembang karena bagaimana pun juga hal
itu dilakukan demi memberikan pasokan bagi negara-negara maju.
Prinsip yang kemudian
banyak kita kenal adalah sustainable
development atau pembangunan berkelanjutan. Prinsip ini mengutamakan
kepentingan generasi di masa depan dalam mewarisi alam dan lingkungan serta
sumber-sumber yang ada di dalamnya. Dengan prinsip ini maka kita tidak boleh
membabi buta dalam melakukan pembangunan seperti menebang hutan tanpa memikirkan
kepentingan generasi masa depan tersebut.
Berkaitan dengan
kelestarian lingkungan maka ketersediaan dan akses terhadap air minum merupakan
hal yang harus dilakukan sejak saat ini. Untuk Indonesia, tidak banyak data
mengenai air minum dan kalaupun ada maka data tersebut tidak mewakili keadaan
yang sebenarnya.
Angka kemiskinan dan
pengangguran yang belum meningkat secara signifikan ternyata berpengaruh
terhadap kawasan kumuh di Indonesia. Walaupun beberapa pemerintah daerah telah
melakukan penggusuran terhadap kawasan ini, akan tetapi secara keseluruhan hal
ini hanya memindahkannya dari satu kawasan ke kawasan lainnya.
Membangun
kemitraan global untuk pembangunan
Tujuan yang terakhir ini
berkaitan dengan kerjasama internasional, yaitu membahas isu perdagangan
internasional, bantuan serta utang internasional. Pada dasarnya Indonesia dalam
melakukan pembangunan banyak didukung oleh negara-negara di dunia, hanya saja
dukungan tersebut dilakukan dengan memberikan utang yang sampai saat ini
dirasakan membebani keuangan negara. Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah
bagaimana kita dapat duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi apabila kita
masih mendapatkan utang dan membayar utang serta bunganya kepada negara-negara
lain.
Indeks
Pembangunan Manusia (IPM)
Ukuran kesejahteraan yang
saat ini banyak dipakai adalah dengan Indeks pembangunan Manusia (IPM). Sejak
1990 Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) mengartikan
definisi kesejahteraan secara lebih luas dari sekedar pendapatan domestik bruto
(PDB). IPM
memberikan suatu ukuran gabungan tiga dimensi tentang pembangunan manusia:
1.
Indeks
kesehatan: Panjang umur dan menjalani hidup sehat (diukur dari usia harapan
hidup),
2.
Indeks pendidikan: Terdidik (diukur dari tingkat
kemampuan baca tulis orang dewasa dan tingkat pendaftaran di sekolah dasar,
lanjutan dan tinggi),
3.
Indeks daya beli: Memiliki standar hidup yang layak
(diukur dari paritas daya beli/ PPP, penghasilan).
Ketiga dimensi diatas
mempunyai nilai standar antara 0 dan 1 dan diambil angka rata-rata sederhana
untuk mendapatkan nilai HDI. Kualitas pembangunan manusia kemudian
dikelompokkan dalam 4 kategori, yaitu: (i)kategori sangat tinggi (HDI >
0.900), (ii) kategori tinggi (HDI antara 0.800 - 0.900), (iii) kategori
menengah (HDI antara 0.500 - 0.800), dan (iv) kategori rendah (HDI < 0.500).
United
Nations Development Programme (UNDP)
mengumumkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia pada 2009 adalah
0,734 dengan peringkat ke-111 dari 177 negara. Pada tahun 2008 IPM Indonesia sebesar 0,729, terjadi
sedikit kenaikan indeks yang disebabkan oleh kenaikan indikator PDB per kapita
(dari US$ 3,532 menjadi US$ 3,712) sedangkan untuk usia harapan hidup hampir
sama dengan tahun 2008 (dari 70,1 menjadi 70,5 tahun), begitu juga dengan
tingkat kemampuan baca-tulis orang dewasa dan rasio pendaftaran bersekolah
tetap sama dengan tahun 2008 (90% dan 68,2%) (http://www.antaranews.com/berita/1254746524/indeks-pembangunan-manusia-indonesia-naik-tipis). Krisis ekonomi dunia tahun 2008
berpengaruh sedikit pada ekonomi Indonesia sehingga tingkat pertumbuhan
Indonesia tetap posistif yaitu 4%, ini yang mempengaruhi IPM 2009 pada
indikator PDB. Pada indikator pendidikan, pemerintah sudah meningkatkan alokasi
anggaran pendidikan sebesar 20%, namun pada prakteknya tidak keseluruhan
digunakan untuk peningkatan sektor pendidikan sebagian digunakan untuk gaji
pegawai. Hal ini menyebabkan indikator pendidikan pada IPM 2009 tidak mengalami
kenaikan dibanding dengan 2008. Begitu juga dengan indikator kesehatan, walaupun
ada program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), namun belum bisa
mendongkrak indikator kesehatan pada IPM 2009. Keberpihakan dan kepedulian
dalam bidang pendidikan dan kesehatan ini perlu semakin diperluas secara merata
ke seluruh wilayah Indonesia, agar pencapaian peningkatan indeks pembangunan
manusia di Indonesia dapat lebih baik dibandingkan pencapaian negara-negara
lainnya, sehingga rangking IPM Indonesia
tidak lagi berada di bawah negara-negara tetangga seperti Malaysia (66),
Singapura (23), Filipina (105), Thailand (87) dan bahkan Sri Lanka (102).
Pembangunan manusia di Indonesia harus
dilakukan dengan kebijakan yang menyeluruh. Pembangunan ekonomi yang
mensejahterakan seluruh lapisan rakyat melalui kebijakan ekonomi yang memihak
kepada rakyat, peningkatan mutu kesehatan melalui perbaikan infrastruktur
kesehatan dan infrastruktur dasar seperti air bersih dan sanitasi, dan peningkatan
mutu pendidikan melalui pendidikan gratis dan beasiswa bagi anak dari keluarga
tidak mampu (Syahril, 2009).
Kesimpulan
Indonesia sebagai negara
merdeka yang mempunyai tujuan antara lain melindungi segenap bangsa Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melaksanakan
ketertiban dunia. Sebagai warga dunia yang turut dalam kancah internasional
maka Indonesia pun berpartisipasi menandatangani kesepakatan bersama tentang delapan
tujuan pembangunan pada tahun 2015 yang sering kita kenal sebagai Millenium Development Goals. Banyak
target yang harus dicapai oleh Indonesia dalam MDGs tersebut dan banyak
indikator yang dipakai untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu negara dalam
proses mencapai tujuan tersebut.
Sampai saat ini ada
beberapa target yang mungkin dapat dicapai, dan ada yang agak sulit untuk
dicapai karena dukungan pemerintah dan masyarakat yang kurang dalam melihat
permasalahan yang ada. Sebenarnya apabila Indonesia dapat secara baik
memanfaatkan momentum untuk melaksanakan MDGs tersebut maka Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) Indonesia dapat meingkat dari tahun ke tahun. Akan tetapi banyak
faktor yang mempengaruhi mengapa hal tersebut sulit tercapai. Salah satunya
adalah besarnya beban utang yang ditanggun Indonesia sehingga banyak sumber
daya yang tercurah hanya untuk membayar utang serta bunganya dan tidak dipakai
untuk melakukan pembangunan.
Referensi
http://www.antaranews.com/berita/1254746524/indeks-pembangunan-manusia-indonesia-naik-tipis, 5 Oktober 2009, diakses 12 Maret
2010
Modul pelatihan PNPM Mandiri, IPM-MDGs, 2009
Laporan Pelaksanaan MDGs di Indonesia
tahun 2007-2008, Bappenas
Syahril, Pengaruh
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Terhadap Bisnis Farmasi PT. Kalbe Farma Tbk., 2009
*paper mata kuliah GBE (ekonomi pembangunan) pada MM UGM tahun 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar